Industri pariwisata merupakan industri yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber pendapatan asli daerah. Untuk meningkatkan pendapatan asli daerah, perlu dilakukan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan potensi pariwisata daerah. Salah satu potensi daerah untuk dikembangkan adalah makanan dan minuman tradisional daerah. Wisatawan akan mencari segala sesuatu yang unik dan menarik dari setiap destinasi wisata yang di kunjunginya, termasuk makanan dan minuman tradisional daerah tersebut.
Teh talua atau teh telur merupakan salah satu contoh minuman tradisional Sumatera Barat yang menjadi salah satu tujuan wisata kuliner daerah. Solok, daerah penghasil teh di Sumatera Barat, terkenal dengan teh Kayu Aro. Minuman ini sering digunakan oleh pria yang percaya dapat meningkatkan energi. Teh talua terbuat dari kuning telur ayam kampung yang dicampur dengan gula pasir lalu dicampur dengan air teh mendidih dan susu kental manis.Â
Minuman jenis ini sebelumnya hanya ditawarkan di toko minuman tradisional, namun belakangan ini mulai merambah restoran dan kafe. Asal mula teh talua dahulunya dimanfaatkan oleh kalangan tertentu seperti petani atau pemuda di desa-desa di Sumatera Barat sebagai minuman penambah stamina. Namun berkat rasanya yang nikmat dan istimewa, minuman ini kini menjadi daya tarik wisata jika datang ke Sumatera Barat. Minuman ini selain menjadi sajian menarik khas Sumatera Barat, juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh berkat kandungan nutrisinya. Nah, berikut ini pendapat para ahli tentang teh talua:
Kata Ahli Soal Teh Talua
Yoeti (2002)
Daya tarik wisata adalah sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata, sedangkan Pendit (1994) mengartikan daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang layak untuk dikunjungi, dilihat dan dilihat. Objek wisata tersebut dapat berupa objek wisata alam dan objek wisata budaya. Contoh atraksi budaya adalah sejarah, cerita rakyat, pertunjukan representatif dan nilai seni, budaya asli, atraksi arsitektur, monumen dan taman.
Damanik dan Weber (2006)
Daya tarik wisata berkaitan dengan empat faktor: orisinalitas, orisinalitas, keaslian dan keragaman. Keunikan diartikan sebagai perpaduan antara kelangkaan dan keunikan yang melekat pada suatu daya tarik wisata. Orisinalitas adalah keaslian, yaitu sejauh mana suatu produk tidak terkontaminasi atau tidak mengadopsi nilai-nilai selain keindahan atau eksotisme budaya, sedangkan keaslian adalah kategori nilai yang memadukan ciri-ciri alam, eksotik, dan hangat.
Miner (1998)
Upaya penciptaan atraksi wisata sebagai bagian dari penyesuaian menu pada saat pengembangan produk atau pembuatan menu restoran harus diawali atau diakhiri tergantung keinginan konsumen.Â
Prasiasa (2013)
Menambahkan penyediaan fasilitas makan tidak lepas dari kebutuhan wisatawan sebagai bagian dari produk wisata. Melalui upaya yang kuat dalam memperkenalkan masakan dan minuman tradisional, wisatawan mancanegara mulai menikmati hidangan dan minuman khas destinasi wisata yang dikunjunginya.
Khairul Jasmi, Pemimpin Redaksi Harian SinggalangÂ
Teh talua sudah ada sejak masa tanam paksa pada masa penjajahan Belanda. Saat itu, pemerintah Belanda melarang masyarakat di Sumatera Barat minum kopi dan teh karena mahalnya harga. Banyak orang kemudian mengumpulkan sisa tunggul teh dari cangkir teh atau mengumpulkan bubuk teh mentah yang sudah tidak bisa dijual lagi. Sisa teh dicampur dengan telur kocok lalu ditambahkan gula. Teh talua konon sudah dikenal masyarakat Sumatera Barat sejak lama, khususnya suku Minangkabau. Teh talua diperkirakan sudah ada sejak zaman Belanda yang memaksakan penanaman pada masyarakat Sumatera Tengah pada masa penjajahan.Â
Musra Dahrizal Katik Rajo Mangkuto alias Mak KatikÂ
Teh talua pernah menjadi minuman premium masyarakat Minangkabau. Teh talua merupakan minuman bergengsi yang hanya disajikan pada pertemuan para pejabat, saudagar kaya, pengusaha dan perantau kaya raya di tanah air. Sedangkan bagi masyarakat awam, teh talua dianggap sebagai minuman penambah nutrisi karena minuman ini hanya diminum oleh orang-orang dengan kondisi ekonomi di atas rata-rata. Jadi untuk mengapresiasi tamu yang datang dari jauh atau luar negeri, mereka akan menyajikan teh talua.Â
Muhammad Abdi, Dekan Jurusan Pariwisata Universitas Muhammadiyah Sumatera BaratÂ
Membenarkan anggapan tersebut, dengan mengatakan minuman tersebut dianggap sebagai penambah energi dan sering diminum pada pagi hari sebelum beraktivitas. Selama ini anak-anak dilarang meminumnya karena minuman tersebut dianggap sebagai minuman yang ditujukan untuk meningkatkan stamina orang dewasa. Inilah sebabnya ketika masih anak-anak, orang tua selalu melarang anaknya meminum minuman beralkohol.